Follow us on instagram

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 16 Juni 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Pengelolahan Kelas

PENGELOLAAN KELAS
A.    Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru, dosen (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut Weber (1977) diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter, pendekatan permisif dan pendekatan modifikasi tingkah laku.
Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (Weber).
Kedua, pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dan fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
Ketiga, pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini di dasarkan pada pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku, jadi pengelolaan kelas merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negativ yang dilakukan oleh siswa.
Sedangkan menurut Sudirman (1991:310) pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Sejalan dengan itu, Arikunto (1988:67) menyatakan pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran yang dimaksud untuk mencapai kondisi yang kondusif dan optimal sehingga dapat terlaksananya kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan. 
Menurut Edmund dan Edmmer (1981) dalam Djiwandono (2006:264) pengelolaan kelas di definisikan sebagai berikut:
1.      Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan belajar siswa secara aktif di kelas.
2.      Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lainnya.
3.      Menggunakan waktu belajar yang efesien.
Upaya-upaya dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas, dengan berpedoman pada tiga pilar utama bagi guru dan dosen (pendidik) yang professional dalam melaksanakan tugas pembelajaran dikelas adalah: (a) menguasai materi pembelajaran, (b) professional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa (peserta didik), dan (c) berkepribadian matang.
B.     Penerapan Asas-asas Didaktik dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Istilah didaktik berasal dari bahasa Yunani “didaskein” pengajaran: pandai mengajar. Jadi pengertian didaktik adalah sebagian dari pedagogik atau ilmu mendidik siswa siswa dan mahasiswa (peserta didik). Dengan demikian dapat diartikan bahwa didaktik merupakan ilmu mengajar yang memberi prinsip-prinsip tentang cara menyampaikan bahan atau materi pembelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh siswa dan mahasiswa (peserta didik).
Kemampuan didaktik guru didepan kelas sangat dibutuhkan, adapun dasar-dasar ilmu mendidik (didaktik) dan penerapan dalam pembelajaran kelas, sebagai berikut:
1.      Asas keterlibatan belajar siswa secara aktif di kelas
Pada hakekatnya belajar merupakan wujud keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran di dalam kelas, disini menuntut dan menekan kepada seorang guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar dikelas. Siswa yang aktif dalam pembelajaran memiliki keseriusan dan perhatian yang tinggi pada pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan aktif dapat berwujud, seperti: mendengarkan, menulis, membuat sesuatu, mendiskusikan. Untuk memfungsikan keaktifan ini sangat bergantung dengan keterlibatan intelektual-emosional. Jadi, yang dimaksudkan dengan siswa belajar aktif dikelas adalah dengan melibatkan keaktifan mental (intelektual-emosional) dan fisiknya.
2.      Asas memberikan motivasi
Tugas seorang guru disini dituntut sebagai motivator untuk mendorong, menggerakkan supaya siswa melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran dikelas. Petunjuk praktis yang perlu dilakukan oleh guru (pendidik) dalam membangkitkan motivasi siswa (peserta didik) belajar dikelas, sebagai berikut:
a.  Usahakan tujuan instruksional pelajaran jelas dan menarik, karena semakin jelas tujuan pembelajaran semakin termotivasi siswa untuk belajar.
b.      Guru harus antusias dalam mempelajari dan menerapkan secara optimal tugas sebagai guru.
c.       Ciptakan suasana yang kondusif, sejuk dan menyenangkan.
d.      Berikan penghargaan  dan pujian daripada memberikan hukuman dan mencela
e.       Berikan pekerjaan rumah (PR) yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
f.       Berikan kejelasan dari setiap evaluasi kerja siswa.
g.      Hargailah hasil pembelajaran siswa. 
C.     Dimensi-dimensi Pengelolaan Kelas
1.      Dimensi Pencegahan
Dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan disekolah kita dapat menempuh berbagai usaha antara lain:
a.       Meningkatkan kesadaran diri dari guru
b.      Meningkatkan kesadaran siswa
c.       Sikap tulus dari guru
d.      Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
e.       Membuat kontrak sosial
2.      Dimensi tindakan
Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Adapun hal yang bisa dijadikan pertimbangan bagi guru atau dosen dalam melakukan tindakan adalah:
a.       Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b.      Do not bargain
c.       Gunakan “kontrol” kerja
d.      Nyatakan peraturan dan konsekuensinya.
3.      Dimensi penyembuhan
Dimensi penyembuhan dimaksudkan untuk membina kontrak sosial yang tidak jalan. Bentuk dari situasi ini seperti: siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah, siswa menolak konsekuensi, siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat, dan lain sebagainya. Adapun langkah-langkah penyembuhan dapat guru atau dosen lakukan sebagai berikut:
a.       Membuat rencana
b.      Menentukan waktu pertemuan
c.       Pemecahan masalah/kontrak individual
d.      Melakukan kegiatan tindak lanjut
D.    Kondisi dan Situasi Belajar di Kelas
1.      Kondisi Fisik
a.       Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
·         Jenis kegiatan (dalam kelas/di ruang praktikum)
·         Jumlah siswa yang melakukan kegiatan
b.      Pengaturan tempat duduk
·         Berbaris
·         Pengelompokan
·         Setengah lingkaran
·         Berbentuk lingkaran
·         Individu
·         Ruang kelas yang tidak normal
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa antara lain jendela yang cukup besar agar cahaya matahari masuk dan udara sehat.
d.      Pengaturan penyimpanan barang-barang
Penyimpanan barang hendaknya disimpan di tempat khusus yang mudah dicapai dan diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut segera dapat digunakan.
E.     Komponen-komponen Pengelolaan Kelas
Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan kelas meliputi dua tindakan yaitu:
1.      Tndakan Preventif
Preventif yaitu upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran.
a.       Tanggap/peka, yaitu kemampuan guru merespon terhadap prilaku atau aktifitas yang dianggap akan mengganggu pembelajaran.
b.      Perhatian, selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul.
2.      Tindakan Refresif
Tindakan refresif, kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
a.       Modifikasi tingkah laku, yaitu bahwa tingkah laku dapat diamati
b.      Pengelolaan kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur yang terkait.
c.       Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi proses peningkatan pembelajaran.
d.      Peran guru, yaitu mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya, membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas dan menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkahlaku yang sesuai dengan aktivitas kelas.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Andragogi dan Pedagogi


Pendidikan Pedagogi






Berbagai defenisi teoritis paedagogi telah muncul seperti oleh Danilov (1978). Beliau mendefenisikan istilah paedagogis sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi yang dimaksud adalah pengetahuan oleh siswa berkaitan dengan antusiasme mereka untuk mengetahui diverifikasi dalam proses kerja yang intensif dan aktif. Perlu diperhatikan adanya penekanan pada aspek pengajaran terus-menerus dari proses asimilasi yang merupakan upaya intelektual yang intensif pada diri siswa. Menjaga proses pendidikan dan pengajaran secara keseluruhan dan bermuara pada pembentukan kepribadian siswa adalah fungsi dari paedagogi..Menurut Knowles, sebelum wujudnya andragogi, pedagogi sudah muncul. Pedagogi adalah seni dan kebudayaan bagi pembelajaran anak-anak. Perkataan itu diambil dari Yunani yaitu ‘paid’ bermaksud ‘child’ dan ‘agogus’ bermaksud ‘leader of’.



 Pada permulaan abad ketujuh di Eropa, sekolah didirikan dengan tujuan mengajar anak-anak. Sekolah dasar adalah sekolah yang mendidik anak-anak lelaki dalam menyalurkan ilmu keagamaan. Memandang guru-guru di sekolah itu mempunyai prinsip dan misi terhadap kepercayaan dan upacara keagamaan bagi pelajar anak-anak ini, mereka mengendalikan strategi pembelajaran yang dikenali sebagai ‘Pedagogy’ yang bermaksud seni dan kebudayaan untuk pembelajaran anak-anak. Fakta dan guru merupakan peranan kedua dalam sesi pembelajaran, guru juga harus menyatakan tentang kepentingan pendidikan formal.






Pendidikan Andragogi




Andragogi merupakan istilah istilah baru yang popular saat ini adalah teori belajar yang cocok dan tepat untuk orang dewasa. Istilah andragogi pertama kali dikenal melalui karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa. Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A Neglected Species.



Andragogi berasal dari bahasa Yunani, aner atau andr, yang berarti orang dewasa agogos, yang berarti mengarahkan/memimpin. Jika diartikan maka andragogi merupakan membimbing atau mendidik orang dewasa. Namun, mendidik disini bukan berarti menggurui orang dewasa dan memberikan mereka pengetahuan, melainkan sebagai bentuk kerjasama untuk saling meningkatkan pengetahuan dan menempatkan orang dewasa sebagai subjek bukan objek. Andragogi mempelajari sifat psikis, fisik, dan karakter orang dewasa. Secara filosofis, Konfusius mengemukakan tiga hal penting yang berkaitan dengan fisik dan psikis manusia yaitu : “sayadengar dan saya lupa, saya lihat dan saya ingat, saya lakukan dan saya mengerti”. Maksud dari filosofis ini adalah menjadikan orang dewasa secara langsung terlibat secara fisik dan emosional akan memudahkan untuk menyampaikan pesan yang kita maksud. Andragogi dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari si pelajar, bukan kegiatan mengajar dari guru.



Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.



Tingkat ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Orang dewasa lebih cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.


Secara operasional, prinsip andragogi adalah:



1. Pembelajaran adalah proses yang berterusan. Orang dewasa merasakan keperluan dalam berbagai bidang kemahiran dan pengalaman yang dimiliki adalah penting bagi masa depan mereka.



2. Orang dewasa belajar dengan lebih baik apabila secara personelnya mereka terlibat dalam proses merancang, menilai dan melaksanakan persekitaran mereka tanpa mengganggu tahap keselamatan estim diri mereka.



3. Orang dewasa memilih dan suka belajar bagi memudahkan mereka mengetahui tahap kebolehan dan kemahiran yang dimiliki dalam semua situasi pembelajaran.



4. Orang dewasa belajar dengan baik apabila mereka mempunyai motivasi untuk berubah, self-discovered atau mempunyai kemahiran dan strategi spesifik.





Fungsi yang nyata dalam konsep andragogi adalah bertentangan dengan prinsip pedagogi. Ia berbeda karena pedagogi meluaskan pengaruhnya dalam pendidikan formal yang merangkumi pendidikan sekolah dasar, menengah dan institusi-institusi pendidikan tinggi.









Perbedaan Pendidikan Andragogi dan Pedagogi

andragogi adalah teori belajar yang dikembangkan untuk kebutuhan khusus orang dewasa. Berbeda dengan pedagogi, atau belajar di masa kanak-kanak, orang dewasa yang mandiri dan mengharapkan untuk mengambil tanggung jawab atas keputusannya sendiri. Program pembelajaran orang dewasa harus mengakomodasi aspek fundamental, yang berbeda dengan pembelajaran bagi anak-anak. Apa perbedaan pedagogi dan andragogi? Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogi dan pedagogi.



1. Pedagogi

a)  Pembelajar disebut siswa atau anak didik.

b) Gaya belajar dependen

c) Tujuan ditentukan sbelumnya

d) Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalamn dan/atau kurang informasi

e)  Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah/ceramah

f) Guru mengontrol waktu dan kecepatan

g) Peserta berkontribusi sedikit penglaman

h) Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis

i) Guru sebagai sumber utama yang memberikn ide-ide dan contoh



2. Andragogi

a) Pembelajar disebut peserta didik atau warga belajar

b) Gaya belajar independen

c) Tujuan fleksibel

d)  Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki mengalaman untuk berkontribusi

e) Menggunakan metode pelatihan aktif

f) Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan

g) Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting

h) Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata

i) Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh.



Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:

1.Konsep diri,

2.Konsep pengalaman,

3.Konsep kesiapan belajar, dan

4.Konsep perspektif waktu atau orientasi belajar.



Menurut konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut:

•Mampu mengambil keputusan bagi dirinya

•Mampu memikul tanggung jawab

•Sadar terhadap tugas dan perannya.



Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah, yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.















PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.. ABK sendiri menurut para ahli (Heward) bisa dibagi dalam 2 kategori, yakni
·         ABK yang bersifat permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan
·         ABK bersifat temporer (mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan). Untuk ABK yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan penanganan ataupun intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya akan sangat dimungkinkan menjadi permanen.

Adapun beberapa faktor penghambat dalam belajar mereka antara lain:
·         faktor lingkungan,
·         faktor dari dalam diri anak dan
·         faktor kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak.
Sementara dari sisi gangguan atau kelainan ABK dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek, seperti:
·         aspek fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain,
·          aspek gangguan kognitif seperti retardasi mental, ataupun anak unggul (berbakat),
·         aspek bahasa dan bicara,
·         aspek pendengaran,
·          aspek penglihatan dan
·         juga aspek sosial-emosi.
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,  tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. 
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat, dan atau Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi merekaAnak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
a.        SLB bagian A untuk tunanetra.
Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus
Layanan Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi:
• Mereka mampu membaca cetakan standart
• Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar
• Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
• Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
• Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
• Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas)
• Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya

Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra :
Karena keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada prinsip-prinsip:
a. Kebutuhan akan pengalaman konkret
b. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
c. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar

Media Belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Kelompok buta dengan media pembelajarannya adalah tulisan Braille
• Kelompok Low Vission dengan medianya adalah tulisan awas yang dimodifikasi (huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)
b.        SLB bagian B untuk tunarungu.
Tahapan-Tahapan Peningkatan Kemampuan Pendengaran:
1. Deteksi
2. diskriminasi
3. identifikasi
4. pemahaman
MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA RUNGU
Anak Tuna Rungu memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media pembelajaran yang cocok untuk Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir.
1.       Persepsi Bunyi Dan Irama ( BKPBI) adalah sebagai berikut:
Media Stimulasi Visual: Cermin artikulasi, Benda asli maupun tiruan, Gambar, Pias kata,.      Gambar disertai tulisan, dsb.
2.        Media Stimulasi Auditoris : Speech Trainer, Alat music, Tape recorder, Sound System, f.           Media dengan sistem amplifikasi pendengaran.
Di lapangan media yang digunakan,misalnya dalam mata pelajaran matematika dengan tema mengenalkan jam,guru membawa tiruan jam dinding sambil menerangkan dengan bahasa bibir guru juga menuliskannya di papan tulis agar anak dapat lebih memahami apa yang guru jelaskan. Dalam pembelajaran IPA, PPKN, Guru juga mempergunakan gambar. Dalam pembelajaran IPS pun demikian, menggunakan media gambar dalam materi kenampakkan dari permukaan bumi dari gambar tersebut guru menjelaskan kepada anak sehingga anak dapat memahami bagaimana bentuk kenampakkan dari permukaan bumi tersebut.
c.         SLB bagian C untuk tunagrahita.
Adapun strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu:
1.          Direct Introduction
Merupakan metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2.          Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami materi pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Menurut Siahaan (2005:2), ada lima unsure esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a)       Saling ketergantungan yang positif
b)      Interaksi berhadapan
c)       Tanggung jawab individu
d)      Keterampilan social
e)      Terjadi proses dalam kelompok
3.          Peer Tutorial
Merupakan metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya yang mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.
d.        SLB bagian D untuk tunadaksa.
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
e.         SLB bagian E untuk tunalaras.
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
 STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNALARAS

Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut:
1.       Model biogenetic
2.       Model behavioral/tingkah laku
3.       Model psikodinamika
4.       Model ekologis

f.         SLB bagian G untuk cacat ganda.